Saya Gatot Kaca Modern


Dalam sebuah kisah perwayangan, digambarkan seorang tokoh pahlawan bernama 'Gatot Kaca' yang memiliki jati diri setelah direbus dalam sebuah kawah yang dinamakan Candradimuka. Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi". Dianugerahi kekuatan lebih Gatot|Kaca tidak lantas semena-mena dalam menggunakan kekuatannya, melainkan ia gunakan untuk membela umatnya dalam memberantas segala kemungkaran yang terjadi pada umatnya.


Melalui gambaran diatas, Indonesia negara tercinta memiliki generasi yang dianugerahi kelebihan dibanding lainnya, yaitu unggul dalam bidang intelektual sehingga dipercaya sebagai pemilik amanah kaumnya (aparat pemerintah) seringkali terkesan membodohi umatnya. Hal itu tercermin melalui berbagai tindakan yang menzholimi seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dll. Lalu sampai kapan mereka mengkebiri umatnya, mereka pintar tapi mereka tidak berfikir ?? lalau dimana salahnya? apakah pendidikan yang mereka terima salah? kiranya demikian, sebab, pendidikan adalah satu-satunya wahaya yang dapat membentuk pola pikir manusia yang dapat merubah kehidupan komunitas.Saat ini di Indonesia bersinergi antara pendidikan formal dan non-formal. jelas kehidupan formal menjadi primadona 'the next generation' yang dapat menjanjikan kehidupan menjanjikan dimasa depan. kalau demikian mengapa masih banyak terjadi kemungkaran di negara ini.


Untuk itu saatnya pemerintah introspeksi mengevaluasi adakah pendidikan non-formal yang dapat menjadi alternatif sehingga dapat merubah warna pendidikan bangsa. Salah satunya adalah pesantren, lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini saatnya diberi ruang gerak dan dukungan lebih agar lebih lagi berkontribusi bagi kehidupan bangsa. bila berkaca dari kisah diatas kita dapat mengibaratkan pesantren adalah sebuah kawah Candradimuka.. dengan segala dinamisasinya, dari kehidupan multikultural sampai 'disiplin' menempa anak bangsa sehingga menjadi Gatot Kaca modern, yang bermental baja dan berkarakter kuat. bagaimana tidak,, sesuai dengan visi-misinya pesantren berusaha menciptakan generasi bangsa yang mempunyai kekuatan iman yang dapat mengendalikan intelektual yang dimilikinya.


Apabila generasi penerus bangsa hanya pintar intelektual tidak diiringi pintar spiritual berakibat hilangnya karakter sehingga mudah terombang-ambing nafsu kenikmatan dunia menyebabkan kezoliman semakin merajalela. Waktu terus berjalan saatnya introspeksi diri masihkah kita berpandangan sempit sehingga melihat pesantren dari kacamata rusak. Meski dukungan pemerintah masih minim dan terkesan menggantung, tidak menjadikan generasi santri galau akan masa depan. Akan tetapi sebagai santri atau mantan santri harusnya menjadikan kita bangga dapat merasakan kawah candradimuka sehingga kita bergelar Gatot Kaca Modern. Saatnya kita bergerak sebagai pembaharu, berjuang dalam bidangnya masing-masing untuk melakukan hal terkecil sampai terbesar sehingga bermanfaat bagi Agama Nusa dan Bangsa. BISMILLAH...

0 Comments